Jangan Seratus Persen
Di suatu pagi, seorang sahabat mengirimi saya sebuah gambar via whatsapp.
Gambar seorang lelaki mencabut sepotong hati dari dadanya, dan mengulurkan hati yg berlumuran darah itu ke perempuan manis yg berdiri di depannya..
Demikian percakapan selanjutnya antara H [Hari] dan S [saya] :
S : gambar bodoh
H : itu romantis. Kenapa selalu sinis dengan romantisme?
S : seseorang yg memberikan hatinya ke pasangannya, berpotensi utk menyakiti pasangannya dengan tak berperasaan di kemudian hari. Karena ia sudah tak berhati lagi.
H : hahaha. Analisismu selalu tajam, selalu kritis. Bahkan, gambarpun kamu ceramahin, hahaha
S : lho, aku ngomong apa adanya, kok, sesuai apa yg aku liat.
H : bukan berdasar apa yg kamu rasakan? Come on Shal, kekecewaan yg terlalu dalam pada seseorang jangan lantas merubahmu menjadi orang kritis yg selalu sinis dgn romantisme.
Wake up.
S : hoaahm, masih terlalu pagi buat bangun. Ini hari Sabtu
#tarik selimut#
H : hahaha.. Wake up, bikin teh anget, buka jendela. Tapi jangan ngomel ketika lihat hal-hal yg menurutmu ga pada tempatnya. Jangan ngomel sekalipun ada orang nyanyi dgn suara sumbang, jalan pake tangan ato dorong gerobak pake pantat. Terima saja, nikmati saja sambil nyeruput teh..
S : hal ga bener dan ga pada tempatnya, gimana aku bisa bilang bener dan adil? Membohongi akal, namanya. Berpura2 semua sudah pada tempatnya, padahal enggak. Sambil nyeruput teh, lagi.. Jadi anggota dewan aja sekalian kalo gitu..
H : hahahahaha
------
Tulisan ini mungkin tidak seberapa penting, hanya semacam kilasan ingatan tentang sesuatu.
Ya, begitulah..
-Depok, 25 November 2012, 8.30 pagi-
0 komentar:
Posting Komentar